Siswa Sekolah Belajar Mengamati Migrasi Raptor bersama Kelompok Studi Konservasi Fakultas Kehutanan UNIKU

Pada hari Minggu 9 Okterber 2016, nampak keramaian di sekitar Batu Luhur Kabupaten Kuningan. Lokasi destinasi wisata yang memiliki pemandangan menarik dengan atraksi hamparan bebatuan vulkanik purba ini, senantiasa dikunjungi oleh masyarakat terutama hari libur (minggu). Namun keramaian kali ini bukan disebabkan wisatawan tapi oleh sekumpulan anak-anak muda siswa sekolah dan mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan. Sejak pukul 8.00 WIB mereka telah berkumpul untuk menyaksikan “segerombolan” burung pemangsa migran dari berbagai Negara. Kelompok Studi Konservasi (KSK) Fahutan UNIKU sebagai koordinator kegiatan menjelaskan bahwa kegiatan Monitoring Migrasi Raptor adalah perpaduan kegiatan edukasi dan wisata minat khusus. Edukasi ditekankan pada advokasi dan sosialisasi tentang peran Raptor (burung pemangsa) dalam ekosistem serta bagaiman kita peduli terhadapnya. Sedangkan kegiatan Monitoring Migrasi Raptor dapat disebut sebagai wisata minat khusus karena momen untuk melihat segerombolan burung migran adalah momen langka hanya terjadi dua tahun sekali (arus datang dan arus balik).


Proses edukasi mengenai Burung Raptor

“Kegiatan Monitoring Migrasi Raptor ini memang sengaja kita libatkan siswa-siswa sekolah di sekitar Pasawahan” ujar Amellia. Menurut Amellia, Mahasiswi tingkat 3 Fakultas Kehutanan UNIKU, bahwa kegiatan ini untuk ajang edukasi bagi siswa-siswa sekolah atas utamanya bagi mereka yang tertarik pada pelestarian alam. Kegiatan ini menarik antusias dari siswa-siswa sekolah, tidak tanggung-tanggung telah melibatkan 61 siswa dari SMAN 1 Mandirancan dan SMAN 1 Pasawahan. Ini menunjukan bahwa mereka tertarik dengan tema kegiatan unik ini. “mengamati burung migran” bagi para siswa umumnya merupakan hal baru.

Kegiatan ini diawali dengan proses pengisian kuisioner kepada siswa. Menurut Opik, koordinator KSK Fahutan UNIKU, memaparkan bahwa pengisian kuisioner bertujuan untuk dapat melihat sejauhmana siswa telah memahami Raptor dan konservasi Raptor. Hal ini penting dalam proses pemberian materi edukasi sebelum kita mengamati Raptor migran. Sebagai mentor yang memberikan edukasi, Opik memerlukan bahan hasil kuisioner yang telah diisi siswa. Dia akan meramu materi-materi khusus sesuai dengan “kadar” pemahaman siswa sekolah. Opik menilai, siswa sekolah memiliki respon ketertarikan yang baik pada kegiatan ini, namun pengetahuan mereka tentang Raptor masih belum banyak. “Diawal kegiatan, kami memberikan pemahaman pendahuluan tentang Raptor” ujar Opik setelah memberikan materi.


Peserta Monitoring Migrasi Raptor

Tidak hanya mendapatkan pengetahuan berupa materi dari KSK Fahutan UNIKU, siswa sekolah juga mendapatkan kesempatan untuk belajar menggunakan alat-alat pemantau burung seperti Binokuler. Binokuler adalah teropong untuk melihat benda jauh. Teropong ini umumnya digunakan oleh para pengamat dan pecinta burung liar. Namun alat-alat yang dibawa oleh tim KSK Fahutan sangat terbatas dan kurang mencukupi untuk melayani siswa sebanyak 61 orang. Meskipun begitu, siswa secara bergantian dapat merasakan dan mengalami bagaimana mengoperasikan alat Binokuler sekaligus menggunakannya untuk memantau Raptor hari ini.

“pengamatan ini cukup sulit dikarenakan terbang Raptor cukup jauh dari pengamat” ujar Opik. Jalur migrasi Raptor agak jauh dari lokasi Batu Luhur. Namun karena pemandangan di Batu Luhur terpampang luas, siswa dan Tim KSP Fahutan masih memungkinkan untuk menyaksikan pergerakan burung Raptor yang melintas. Tim KSK Fahutan mengakui bahwa mereka bersyukur karena cuaca saat memantau Raptor migran relatif bagus sehingga pemandangannya tidak terhambat oleh kabut atau awan.


Fenomena Flocking Elang Alap Cina/Chinesse Goshawk (Accipiter soloensis)

Selama kegiatan ini, siswa dan tim KSK Fahutan telah mencatat beberapa data burung Raptor yang melintas melewati Batu Luhur. Ada tiga jenis Raptor (Elang) yang dapat diidentifikasi yaitu 1 jenis dari Indonesia (elang hitan) dan 2 jenis dari luar negeri (alap-alap China dan sikep madu Asia). Elang alap-alap China tercatat melewati Batu lUhur sebanyak 300 ekor, sedangkan Sikep madu Asia sebanyak 30 ekor. Jumlah ini teridentifikasi pada pemantauan dari pagi hingga sore hari.

Masih banyak persepsi yang salah dari siswa tentang konservasi spesies dilindungi. Beberapa dialog yang dibangun kepada siswa tentang bagaimana cara melestarikan Elang, siswa masih banyak yang menjawab dengan cara memelihara Elang. Oleh karena itu, bagi tim KSK Fahutan UNIKU bahwa kegiatan ini sangat membantu menyebarkan pengetahuan dan informasi kepada siswa-siswa sekolah. Saat ini, siswa sekolah peserta kegiatan sedikitnya telah memahami tentang peranan burung pemangsa seperti Elang. Siswa peserta kegiatan dari SMAN Pasawahan bernama Agus mengatakan bahwa “Elang perlu dilindungi karena sekarang Elang merupakan hewan langka”. Pernyataan Agus ini menunjukan bahwa pemahaman siswa akan pelestarian Elang telah bertambah. Agus dan siswa lainnya akan selalu mengikuti kegiatan ini setiap minggu bersama tim KSK Fahutan UNIKU. Kegiatan Monitoring Migrasi Raptor ini rencananya akan dilaksanakan lagi pada tanggal 16, 23 dan 30 Oktober 2016 di lokasi yang sama

Penulis: Opik, Amellya, Adreansyah, Faisal, Deni